Topik 10 Pengembangan Keterampilan Menyimak
PENGEMBANGAN
KETERAMPILAN MENYIMAK
Faiza Nurrahmah
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang
Surel: faizaa.nrrahmah@gmail.com
PENDAHULUAN
Saat ini, seorang pendidik khususnya guru bahasa Indonesia dituntut agar siap dalam mengalami masa globalisasi. Guru bahasa Indonesia mesti dapat berpikir kritis serta jadi problem solver, mempunyai pemahaman global pastinya dengan belajar menggunakan teknologi informasi dalam pendidikan di sekolah, sanggup memusatkan diri dalam menjajaki pertumbuhan data, media, serta kemampuan dalam bidang teknologi, produktif dan inovatif, serta dapat berkolaboratif untuk menghadapi tiap tantangan.
Tidak hanya itu, guru bahasa Indonesia dituntut bisa fleksibel serta adaptif dan mempunyai inisiatif dalam menerima seluruh informasi dalam bidang pengembangan media pembelajaran. Berpikir kritis serta sanggup membongkar permasalahan dalam bidang teknologi informasi dan kreatif serta mempunyai inovasi dalam perihal meningkatkan media pembelajaran berbasis multimedia, setelah itu sanggup berbicara dan bekerjasama dengan siswa, guru, serta kepala sekolah secara efektif.
Guru bahasa Indonesia juga wajib mempunyai literasi informasi, literasi media, serta literasi teknologi informasi yang nantinya hendak bermanfaat dalam meningkatkan kompetensinya terkait dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan serta teknologi. Di masa global ini guru bahasa Indonesia wajib melaksanakan kebiasaan positif,seperti senantiasa belajar dari atasan, giat mempraktikkan pendekatan baru dalam pembelajaran, senantiasa menggunakan teknologi informasi, dan mempunyai jaringan serta menambah sumber belajar khususnya dalam pembelajaran menyimak. Oleh karena itu, dalam laporan baca ini penulis ingin mguraikan mengenai mengembangkan keterampilan menyimak dengan menggunakan teknologi.
PEMBAHASAN
Pengajaran menyimak sudah mengalami pertumbuhan serta kemajuan paling utama dari segi media serta bahan simakan yang digunakan lebih- lebih di kota- kota, namun belum optimal pemanfaatannya oleh sebagian golongan guru serta siswa. Disaat ini terdapat bermacam opsi bahan menyimak ada dengan Compact Disk yang menyertainya, serta Digital Video Disk ataupun video yang digunakan di kelas. Tetapi, masih terdapat fakta kalau menyimak kurang menjadi atensi untuk guru (Field, 2009). Pada saat guru mempraktekkan bermacam kompetensi pembelajaran di kelas, tahap menyimak kerap dipercepat ataupun dikurangi. Siswa jarang dinilai pada kemampuan menyimak sehingga siswa belum bisa mendengar. Metodologi menyimak pelajaran sedikit dibahas, diteliti, serta terdapat kecenderungan untuk guru menyangka kalau menyimak ialah suatu kegiatan biasa dalam kehidupan. Tidak hanya itu, komitmen guru yang kurang baik untuk suatu pendekatan dalam menyimak dengan keahlian terintegrasi yang bisa menyebabkan menyimak cuma dijadikan sebagai penanda dalam pendidikan apalagi diajarkan tergesa-gesa. Membaca serta menulis dianggap sebagai keahlian lebih diutamakan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa.
Transformasi paradigma keterampilan menyimak saat ini tidak semata- mata proses aktivitas mendengar lambang- lambang lisan ataupun bunyi bahasa, tetapi menyimak membutuhkan kegiatan yang kompleks sebagai landasan dalam pemerolehan serta pembelajaran. Oleh sebab itu, teknologi informasi lebih- lebih yang mengutamakan pula aspek visual bisa meningkatkan keterampilan berbahasa hendak lebih efisien (Meskill dalam Arono, 2013). Seperti yang dikatakan Ginther dan Ockey (dalam Arono, 2013) bahwa aspek visual berbentuk foto serta video bisa menambah uji menyimak pemahaman. Menyimak bukan saja menguasai secara kompleks terhadap ujaran lisan yang
dikemukakan pembicara, namun faktor visual juga diperlukan dalam kegiatan pemahaman menyimak. Perihal tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan Richard & Amp; Rubin (dalam Van Duzer dalam Arono, 2013) berpendapat bahwa walaupun menyimak merupakan keterampilan pasif, namun sangat banyak proses aktifnya dalam memilah serta menafsirkan informasi dari rungu serta petunjuk visual. Kasus inilah yang jadi atensi penulis supaya dapat meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak yang inovatif lewat teknologi informasi.
Pemilihan bahan serta ketersediaan bahan simakan yang kurang pas dengan pertumbuhan anak ialah kasus yang ditemui oleh guru, seperti keakuratan simakan, bahasa yang digunakan, serta ketepatan media yang digunakan. Sementara itu bahan simakan itu mesti bahan autentik serta bahan yang memenuhi syarat dalam penilaian (Ur dalam Arono, 2013). Kedua perihal tersebut akan memberikan dimensi berpusat pada pembelajar dengan memperoleh peserta didik yang ikut serta dalam proses pembelajaran yang mendasari mereka serta membuat kontribusi aktif untuk pendidikan. Perihal tersebut bisa dilakukan secara teori seleksi masukan, teori seleksi respons, serta teori saringan (Tarigan, 2008). Perihal tersebut dipertegas oleh Nunan (dalam Arono, 2013) kalau bahan menyimak secara efektif memenuhi ketentuan: (1) Menyimak tujuan mesti jelas: pelajar wajib tahu apa yang mereka menyimak serta mengapa; (2) Bahan wajib didasarkan pada bermacam bacaan autentik, termasuk monolog serta diskusi; (3) Skema yang membangun tugas menyimak wajib mendahului aktivitas menyimak; (4) Strategi buat menyimak secara efisien wajib dimasukkan ke dalam bahan; (5) Peserta didik wajib diberikan peluang untuk lebih terstruktur dalam menyimak bacaan sekian banyak kali, serta dengan bekerja siswa terus menjadi termotivasi untuk menyimak; (6) Tugas wajib mencakup peluang untuk peserta didik buat memainkan kedudukan aktif dalam pendidikan mereka sendiri; (7) Konten wajib dipersonalisasi. Ada pula bahan simakan yang dapat dikembangkan sebagai pembelajaran menyimak, ialah menyimak kabar/ wawancara/ diskusi interaktif/ pidato/ dialog/ seminar/ ceramah, dongeng, puisi, drama, syair, pantun, cerita rakyat, serta pembacaan novel/ cerpen. Hal tersebut bisa diperoleh dengan pemanfaatan teknologi.
Dalam kaitan dengan keterampilan menyimak ini, Chamadiah dkk (1987) melaporkan bahwa siswa mesti sanggup mengingat kenyataan sederhana, sanggup menghubungkan serangkaian kenyataan dari pesan yang didengarnya, serta menafsirkan arti yang tercantum dalam pesan lisan yang didengarnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2008) menyimak bukan cuma sebatas mendengar (hearing) saja, namun membutuhkan aktivitas yang lain, yaitu memahami (understanding) isi pembicaraan yang diinformasikan oleh sang pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir- butir pendapat yang disimaknya baik tersurat ataupun yang tersirat. Aktivitas berikutnya dalam proses menyimak merupakan aktivitas mengevaluasi (evaluating). Pada aktivitas ini sang penyimak menilai gagasan baik dari segi keunggulan ataupun dari segi kelemahannya.
Aktivitas akhir ialah menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyongsong, mencamkan, meresap, dan menerima gagasan yang dikemukakan oleh sang pembicara. Tahapan tersebut dilakukan dalam strategi pembelajaran menyimak, baik pada ketika aktivitas saat sebelum menyimak, disaat menyimak, ataupun sesudah menyimak. (Thomson dalam Arono, 2013).
Dengan aksesibilitas teknologi terus bertambah serta cepat berganti saat ini, style serta strategi siswa belajar pula mengalami pengambangan serta ekspansi. Kita memandang bagaimana memakai teknologi dapat membantu meningkatkan kemampuan menyimak. mula- mula, kita memandang beberapa komponen, semacam radio, tape recorder, serta laboratorium bahasa. Kemudian kita mempelajari pengaruh besar video dalam pengajaran bahasa. Beberapa teknologi disaat ini dijabarkan bisa dikembangkan dalam keterampilan menyimak melalui teknologi.
PENUTUP
Dalam bagian penutup, penulis akan menyampaikan sebuah kesimpulan bahwa kemajuan teknologi dapat digunakan untuk membantu peserta didik agar mereka dapat meningkatkan keterampilan menyimak mereka, misalnya dengan media radio, kaset audio, tv, video, serta komputer. Tiap teknologi tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi tentang cara meningkatkan keterampilan menyimaknya. Bersamaan dengan kemajuan teknologi, kedudukan guru dapat membantu peserta didik saat mengeksploitasi teknologi lama serta teknologi baru dalam bermacam metode yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Chamadiah, S, dkk. 1987. Kemampuan Menyimak Mahasiswa di DKI Jakarta. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Field, J. 2009. Listening in The Language Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.
Tarigan, H. G.2008. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Comments
Post a Comment